Tantangan Level 11 Kelas Bunda Sayang IIP Hari ke-17

Kemarin saya memperoleh terusan materi kulwap di salah satu grup yang saya ikuti, dan temanya ternyata nyambung dengan apa yang menjadi tema Tantangan Level 11 Kelas Bunda Sayang Ibu Profesional Jakarta kali ini (Membangkitkan Fitrah Seksualitas Anak). Berikut saya kopikan:

Relay Kulsap: Pendidikan Seksualitas (Kamis, 18 Januari 2018)
Narasumber: Ibu Kartikowati Djohariyah, Owner PT Gian Mandiri yang terkenal banyak membuat buku edukasi berkualitas.

PENDIDIKAN SEKSUALITAS

Seperti yang kita ketahui bersama, dewasa ini kejahatan seks semakin merajalela. Baik yang korbannya orang dewasa maupun anak-anak. Bahkan para pedofilia telah memasuki area yang kita anggap aman untuk melakukan aksi bejat mereka.

Kita mulai kelas Pendidikan Tentang Seksualitas Yang Tepat dengan mengucapkan basmallah

Bismillahirrahmanirrahim

Rasulullah mengajarkan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru untuk memberikan pendidikan seksual yang benar kepada anak-anak.

Sedikitnya ada 10 langkah yang perlu diperhatikan orang tua dan guru tentang hal ini. Yang perlu digaris bawahi, bahwa ketika bicara seksualitas bukan hanya mengacu ke hubungan antara suami istri. Bahkan nanti kita gak bahas itu kok… Malam ini saya akan sharing sesuai tema yang ada di flyer ya dan semua itu ada sumber rujukannya.

Nah,  bagaimana Rasulullah mengajarkan hal di atas?  Terutama buat orang tua yang masih punya anak-anak yang belum baligh?

Pengertian Seks dan Seksualitas

Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin (Ing: sex). Sedangkan seksualitas menyangkut berbagai dimensi yang sangat luas, yaitu dimensi biologis, sosial, psikologis, dan kultural. Menurut Profesor Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja, secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan, sampai kelahiran, tingkah laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan.

Berkat insting ini, mereka menjadi betah hidup di dunia. Hasrat seksual (gharizah jinsiyah) bukan suatu hal yang buruk bagi manusia, tetapi sangat bermanfaat untuk keberlangsungan hidup ummat manusia di dunia. Jika insting ini digunakan secara benar, maka kehidupan yang menyenangkan akan terwujud. Sebaliknya, jika manusia menyalahgunakannya maka hidup mereka akan menjadi neraka.

Maka dari itu, guru dan orangtua harus serius memberikan bekal yang praktis untuk anak-anak agar mereka terhindar dari perbuatan asusila. Sebab, seperti kecenderungan dasar lainnya, kecenderungan seksual sangat membutuhkan pendidikan. Dalam pandangan Islam, pendidikan seksual bermakna mempersiapkan pembentukan perkembangan kecenderungan tersebut, sehingga menghasilkan iffah (menjaga diri) dan keselamatan organ reproduksi. Hal ini merupakan keistimewaan pandangan Islam, yaitu selain menjaga keselamatan kelamin, juga menjaga kesehatan diri.

1. Memisahkan Tempat Tidur Anak Lelaki dan Anak Perempuan

Tempat tidur yang bersamaan bagi anak-anak yang telah memasuki fase mumayiz sangat memungkinkan mereka mengalami sentuhan anggota tubuh yang tidak layak, menimbulkan rangsangan, bahkan mungkin terjadi hubungan yang tidak benar menurut syariat. Maka, Islam mengajarkan agar tempat tidur anak laki-laki dipisahkan dengan tempat tidur anak perempuan.

Rasulullah mengajarkan beberapa langkah yang harus dilakukan oleh orang tua dan guru untuk memberikan pendidikan seksual yang benar kepada anak-anak, di antaranya adalah:

Rasulullah bersabda,

“Jika anak-anak kalian telah berusia tujuh tahun, maka pisahkanlah tempat tidur mereka.”

Selain itu, sangat tidak baik juga jika anak perempuan berumur tujuh tahun tidur dengan ayahnya dalam satu ranjang, atau anak laki-laki dalam usia ini tidur dengan ibunya.

2. Tidak Melihat Aurat Anak Kecil dan Memperlihatkan Aurat Kepadanya

Kebiasaan anak-anak melihat aurat orang lain, atau dilihat auratnya oleh orang lain, akan menimbulkan dampak yang buruk. Sebenarnya yang tidak kalah penting, adalah busana ketika tidur. Karena kalau gak pakai selimut, terkadang ketika tidur, tanpa sengaja mungkin aurat terlihat. Begitu juga ketika orangtua membawa anak-anaknya ke kamar mandi, jangan sampai melihat aurat mereka atau sebaliknya.

Rasulullah bersabda, “Hendaknya orangtua tidak melihat aurat anaknya dan anak hendaknya tidak melihat aurat orangtuanya.”

Muhammad bin Bayadh meriwayatkan dalam al-Mustadrak ala ash-Shahihain berkata,

“Ketika aku masih kecil, aku dibawa menemui Rasulullah dan pakaian yang menutupi auratku tersingkap.

Lalu Rasulullah bersabda,
“Tutupilah kehormatan auratnya. Sesungguhnya kehormatan aurat anak kecil bagaikan kehormatan aurat orang dewasa dan Allah tidak akan melihat para penyingkap aurat’.”

Itu menyebabkan mereka kurang memiliki rasa malu, dan dapat menimbulkan penyimpangan. Anak-anak yang tidak mengalami kondisi semacam itu akan memiliki kemampuan lebih besar untuk menjaga diri. Oleh sebab itu, sangat tidak etis jika anak perempuan yang berusia 4-5 tahun mandi bersama Ayah atau anak laki-laki mandi bersama Ibunya.

Orangtua berkewajiban mengajarkan rasa malu kepada anak-anak mereka ketika sedang tidak memakai baju. Biasakanlah anak-anak untuk selalu memperhatikan pakaian, dan jangan biarkan mereka telanjang, apalagi di hadapan orang lain. Jika anak-anak sudah mencapai usia baligh, maka orangtua tidak boleh melihat aurat mereka. Demikian juga jika Ayah mandi bersama dengan anak laki-lakinya dan ibu dengan anak perempuannya.

Anak-anak harus dijaga agar mereka tidak saling mempertontonkan aurat, termasuk mencegah mereka dari melihat gambar, poster, atau film porno, karena mereka bisa terpengaruh. Orangtua juga harus menghindarkan film dan bacaan yang tidak bermutu bagi anak-anak.

Bunda… kemandirian anak itu sebenarnya harusnya di usia 4 tahun. Untuk semua hal: makan, mandi, tidur dll. Toilet training itu sampai dua tahun aja. Yang jadi pertanyaan, sudahkah kita mengajari dan menyiapkan hal itu semua?

Bermain-main dengan alat kelamin anak dapat menimbulkan rangsangan dan mempercepat masa baligh anak-anak. Itu secara tidak langsung mengajarkan pelecehan pada mereka, dan dapat menimbulkan penyimpangan. Bahkan Imam Ali menyebutkan sebagai perzinaan. “Sentuhan seorang ibu kepada (aurat) putrinya yang berusia enam tahun merupakan bagian dari zina.”

Pada usia delapan sampai sembilan tahun, terkadang mereka secara sembunyi-sembunyi berbicara tentang seks dengan kawan-kawannya. Kadang-kadang mereka juga ingin mengetahui rahasia hubungan seksual kedua orangtua mereka. Semakin dewasa, semakin besar hasrat seksual mereka.

3. Tidak Menyentuh Aurat Anak-anak

Para ahli psikologi mengatakan bahwa anak-anak yang berusia enam sampai tujuh tahun sudah bisa membayangkan hubungan seksual, dan bahkan ingin mengetahuinya lebih jauh. Ada anak yang terbiasa melakukan onani sejak kecil, jika tidak dihentikan, maka akan terbawa hingga dewasa. Jika itu masih dalam batas wajar, itu tidak terjadi masalah. Akan tetapi, jika anak-anak menjadi kecanduan dengan masalah seksual, itu akan sangat membahayakan masa depannya. Anak-anak dapat mengalami rangsangan yang membuat mereka mengalami sensasi seksual sebelum waktunya.

Sentuhan terhadap aurat anak-anak, memiliki pengaruh yang buruk terhadap mereka, maka dari itu agama Islam melarangnya. Anak-anak yang cepat matang secara seksual akan mengalami kesulitan mental, sebab ia tidak bisa memuaskan hasratnya lewat pernikahan resmi.

Orangtua harus melakukan pengawasan dan berusaha mengalihkan hasrat mereka, sehingga tidak menjadi kebiasaan. Maka dari itu, lakukanlah pencegahan sejak dini sehingga anak-anak tidak mengalami reaksi seksual sebelum waktunya.

Sebagian orang mengira bahwa anak-anak yang belum baligh tidak mengerti apa-apa tentang seks, dan bahkan tidak memiliki sensitivitas apa pun. Pandangan seperti itu tampaknya harus segera diubah, karena menurut riset, anak-anak sudah mengalami rasa nikmat pada usia lima, enam tahun. Alat kemaluan anak laki-laki bahkan tegang ketika tersentuh.

Anak-anak yang berusia lima sampai enam tahun kadang-kadang suka melihat kemaluan temannya, dan kadang-kadang saling menyentuh. Maka dari itu, anak-anak yang sudah bisa merasakan rangsangan seksual, harus segera ditangani dengan benar, agar mereka tidak terbawa dalam aktivitas seksual yang menyimpang.

4. Membatasi Orang Lain Mencium Anak Laki-Laki dan Perempuan

Mencium anak kecil yang bukan muhrim, kendati tidak haram menurut fiqih, bisa berdampak negatif bagi anak yang telah memasuki fase mumayyiz (dapat membedakan). Suatu ciuman yang diberikan orang yang bukan muhrim kepada anak-anak, sangat membekas pada jiwa mereka. Sehingga, mereka kelak lebih mudah berhubungan dengan yang bukan muhrimnya, dan mengalami kesulitan dalam menjaga kesucian dirinya. Oleh sebab itu, Islam mengajarkan batasan-batasan dalam mencium anak-anak.

Dalam sebuah riwayat, disebutkan:
“Jika anak perempuan telah berusia enam tahun, jangan kalian menciumnya (selain Ayah Ibunya). Dan perempuan dilarang mencium anak laki-laki jika telah berusia tujuh tahun.”
(HR.At-Turmudzi No. 1109).

5. Membiasakan Anak Meminta Izin ketika Membuka Pakaian di Rumah

Al-Qur ‘an menjelaskan,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ۚ مِنْ قَبْلِ صَلَاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلَاةِ الْعِشَاءِ ۚ ثَلَاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ ۚ لَيْسَ عَلَيْكُمْ وَلَا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ ۚ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ بَعْضُكُمْ عَلَىٰ بَعْضٍ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ وَإِذَا بَلَغَ الْأَطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ

“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu:
sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari, dan sesudah sembahyang Isya’.

(Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur baligh, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana”. (Q.S. An-Nur: 58-59)

Nah, jadi gimana kalau tidurnya masih bareng dengan orang tua? Masuk kamar aja harus ketuk pintu, maka segera buat anak mandiri dalam hal tidur.

Ata bin Yasar di dalam as-Sunan al-Kubra meriwayatkan bahwa Rasulullah ditanya oleh seorang laki-laki tentang membuka pakaian di rumah,

“Apakah aku harus meminta izin kepada ibuku?”
Beliau menjawab, “Ya.”

Laki-laki itu berkata, “Aku bersamanya dalam satu rumah.”
Beliau bersabda, “Anda harus meminta izin kepadanya.”

Laki-laki itu berkata kembali, “Aku adalah pembantunya.”
Beliau bersabda, “Apakah Anda mau melihatnya dalam kondisi tidak berpakaian?”

Laki-laki itu menjawab, “Tidak.”
Beliau bersabda, “Karena itu, mintalah izin kepadanya.”
(HR. Bukhori No. 1110)

6. Hindarkan Anak dari Melihat Orangtua sedang Berhubungan

Orangtua harus serius dalam memberikan pendidikan dan teladan bagi anak-anaknya. Mereka harus menjaga segala gerak-gerik, terutama hubungan “rahasia” mereka, agar jangan sampai tercium sedikit pun oleh anak-anak.

Ini aurat yang sangat harus dijaga dan harus hati-hati sekali. Orangtua harus selalu berpakaian rapi dan sopan, tidak berciuman, bercumbu, atau melontarkan humor yang tidak pantas di depan anak-anak mereka. Budayakan rasa malu di depan anak-anak, agar mereka menjadi anak yang santun. Yang seksi2 di kamar aja ya 😊👍🙏

7. Mengenalkan Konsep Baligh dan Implikasinya

Memasuki usia baligh adalah masa-masa yang paling rawan bagi seorang anak. Anak-anak yang memasuki usia ini akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, seperti perubahan fisik yang sangat mencolok. Maka dari itu, orangtua berkewajiban menjelaskan perubahan fisik tersebut.

Suami-istri memang harus menampilkan hubungan yang indah dan mesra di rumah satu dengan lainnya. Akan tetapi, itu tidak berarti mereka mempertontonkan kemesraan secara berlebihan. Mereka bisa saja mencurahkan isi hati dengan cara yang sangat lembut di depan keluarganya.

Anak-anak akan merasa seperti menginginkan sesuatu, tetapi masih belum paham apa sebetulnya yang diinginkannya. Pada awalnya, ketertarikan pada lawan jenis ini tidak jelas. Setelah sekian waktu, anak-anak baru sadar bahwa didalam dirinya telah muncul ketertarikan terhadap lawan jenis.

Saya lagi menghadapi hal ini untuk anak ke-3 saya yang laki-laki. Saat ini usia SMP kelas 1. Saya jadi teringat waktu saya SMP kelas 1. Ayah Bunda juga ngalami kan…? Sering diam, melamun dan terkadang kurang ceria. Waktu bagi rapor semester kemarin,  wali kelasnya cerita katanya ada perempuan yang suka ke anak saya ini dan bilang ke bu guru bahwa dia gak bisa ke lain hati 😱😱😊.

Nah,  tinggal kita cari ilmunya biar gak kaya kita dulu harus bagaimana.

‬Orangtua harus semakin memberikan perhatian kepada anak-anaknya pada fase ini, karena yang berserakan di sekeliling mereka adalah buku-buku dan film-film yang sangat tidak mendidik.

Menurut sebuat riset, sumber pengetahuan seksual yang paling dekat adalah mulut sahabat. Melalui obrolan yang mengasyikan, mengalirlah cerita seks dari teman-teman ditempat-tempat tertentu. Jika tidak diberi pemahaman sejak awal, obrolan itu bisa memberi semangat kepada anak untuk nekad melakukan percobaan. Berikan arahan kepada mereka bahwa hidup dalam pernikahan dengan kekasih sejati adalah surga yang sangat menyenangkan. Orangtua tidak boleh bersikap pasif dan permisif. Mereka harus menjadi pemberi pendidikan pertama dan utama tentang masalah seks kepada anak-anaknya. Berikanlah informasi yang ilmiah dan berguna bagi mereka.

Pernikahan adalah kado terindah dari Tuhan agar menjadi sarana penyaluran seks yang halal, menyenangkan, dan membahagiakan, serta mendatangkan buah hati yang akan mereka rawat dengan penuh kasih sayang.

Dialog yang sehat dalam suasana keakraban dan kehangatan, sangat positif bagi perkembangan mental anak.
Orangtua dan guru juga berkewajiban untuk mengarahkan anak-anak agar memiliki aktivitas yang positif. Sebab, dalam sebagian besar kasus, perbuatan asusila yang dikerjakan oleh anak-anak remaja seringkali karena mereka tidak memiliki aktivitas yang positif seperti olahraga, kesenian, dan lain sebagainya.

Nah,  jadi kita orang tuanya juga harus terus belajar tentang tahap perkembangan anak, tentang pendidikan yang tepat buat mereka sesuai tahapannya dan tentang banyaaak hal kaitan anak dan orang tua.

====================================

Review dari saya:

Bahasan per poin dengan landasan dalilnya begini bikin penjelasan soal edukasi seksual dari sudut pandang Islam ini mudah dipahami, dengan uraian yang tidak terlalu panjang tetapi mengena. Banyak hal kecil yang bisa dilakukan atau tidak dilakukan oleh orangtua yang ternyata berpengaruh terhadap anak-anak meski kelihatannya sepele.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s