Napak Tilas Virtual Sejarah Perjuangan Bangsa

Kami sekeluarga termasuk suka menjelajahi berbagai museum yang berlokasi di sekitar kami, baik di kota tempat tinggal maupun kota-kota lain yang sedang kami datangi. Dari museum, kami bisa belajar banyak hal. Bukan cuma anak-anak, kami pun jadi bertambah pengetahuan, terutama tentang sejarah dan kebudayaan bangsa ini.

Pada masa pembatasan aktivitas untuk pencegahan pandemi Covid-19 beberapa bulan belakangan ini, kegiatan ke museum memang menjadi mustahil untuk dilakukan. Beberapa lokasi bersejarah mungkin memang sudah dibuka untuk umum dengan penerapan protokol kesehatan. Akan tetapi, kami belum berani untuk banyak keluar rumah dulu selain untuk keperluan mendesak.

Nah, syukurlah beberpa waktu yang lalu saya memperoleh informasi bahwa Komunitas Indonesian Social Blogpreneur (ISB) akan menggelar 17-an Tur Virtual ke sejumlah lokasi peristiwa kemerdekaan. Cara baru yang menyenangkan untuk memperingati hari jadi Republik Indonesia yang ke-75, nih. Beberapa tempat yang ditampikan dalam teaser acara memang sudah pernah kami kunjungi. Akan tetapi, saya tetap antusias mendaftarkan diri untuk acara yang diadakan tanggal 15 Agustus 2020 ini.

Baca juga: Aneka Lomba 17-an Virtual

Apalagi dulu kami biasanya mengunjungi museum secara mandiri. Kadang ada pemandu museum yang bisa ditanyai, biasanya juga ada papan keterangan atau lebih canggih lagi kode yang bisa dipindai agar informasi dapat kita baca langsung di layar ponsel yang dibawa, tetapi tetap saja menurut saya memang lebih asyik jika ada yang secara runut memberikan penjelasan akan objek yang sedang diamati.

Malam itu, kami para peserta mengikuti wisata via Zoom dipandu oleh Mbak Ira Lathief dari Wisata Kreatif Jakarta. Hadir pula perwakilan dari Kinokuniya sebagai pendukung acara. Mbak Ira membawakan kegiatan dengan piawai. Kami menelusuri jalan-jalan di kawasan Jakarta Pusat dengan Google Map dan juga menonton sejumlah video dari YouTube. Banyak informasi menarik yang baru saya ketahui melalui kegiatan ini.

Saat mengunjungi Museum Sumpah Pemuda misalnya, Mbak Ira juga bercerita tentang riwayat hidup Wage Rudolf Supratman. Komponis lagu kebangsaan Indonesia tersebut memang punya ikatan erat dengan gedung yang dijadikan museum yang terletak di Jl. Kramat Raya ini. Biola miliknya bahkan dipajang secara khusus di situ.

Baca juga: Mengunjungi Museum Sumpah Pemuda

Bahasan tentang lagu Indonesia Raya versi aslinya juga mengemuka di sini. Mbak Ira pun sempat melontarkan tebak-tebakan soal judul lagu lain ciptaan WR Supratman, dan jawaban saya ternyata salah. Ketahuan kurang cermat menyimak sejarah bangsa, nih.

Berikutnya, Mbak Ira membawa kami ke Gedung Pancasila Kementerian Luar Negeri, melintasi Gereja Immanuel, mengintip Gedung Joang 45, melongok Bioskop Megaria, “bertamu” ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi, dan menilik Monumen Proklamasi.

Lewat cerita Mbak Ira inilah saya baru tahu bahwa bunker persembunyian di belakang Museum Perumusan Naskah Proklamasi itu sebenarnya boleh dimasuki. Sewaktu ke sana tahun 2016, saya cuma memandangi saja rongga di halaman belakang gedung yang dulunya merupakan kediaman Laksamana Maeda itu. Saya semacam berimajinasi juga karena konon katanya di ujung bunker terdapat jalan rahasia untuk melarikan diri. Tahu begitu, dulu kami beranikan diri untuk bertanya dan mencoba masuk, ya.

Adapun saat “memasuki” Gedung Joang ’45, Mbak Ira menceritakan ketiga mobil bersejarah yang tersimpan di halaman gedung bekas hotel mewah di kawasan Cikini tersebut. Gedung markas pemuda revolusioner ini termasuk salah satu wishlist yang belum jadi-jadi saya datangi sebelum pandemi, jadi tambah bersyukur bisa menyambanginya meski secara daring.

Seperti disampaikan oleh Mbak Ira, ada dua mobil dengan plat nomor REP-1 dan REP-2 di sana. Keduanya merupakan kendaraan kenegaraan yang pernah digunakan oleh Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia, Ir. Soekarno dan Moh. Hatta. Satu lagi mobil yang dipajang di situ adalah mobil kepresidenan yang rusak akibat percobaan pembunuhan kepada Presiden Soekarno tahun 1957. Saat itu, Presiden Soekarno hendak pulang dari sekolah putra-putri beliau di Perguruan Cikini. Presiden selamat, tetapi sembilan orang tewas dalam insiden tersebut.

Bukan cuma ke gedung-gedung bersejarah, wisata virtual kali ini juga membuat kami menengok sebuah rumah makan es krim legendaris di kawasan Senen. Jadi teringat ketika empat tahun yang lalu kami mengunjungi Museum Sumpah Pemuda, kami juga memang sekalian berniat ke Restoran Ice Cream Baltic ini.

Dulu kami menganggap jarak Museum Sumpah Pemuda dengan Ice Cream Baltic ini dekat, jadi bisa ditempuh dengan jalan kaki. Maklum sehari-harinya saya dan suami memang melewati jalur ini untuk menuju ke kantor. Namun, setelah dijalani, kok tidak sampai-sampai, ya, hahaha. Ternyata lumayan juga, apalagi dalam keadaan panas terik jelang tengah hari, menggandeng balita, dan menggendong batita pula.

Namun, rasa lelah itu segera terobati dengan segarnya aneka es krim, terutama es krim buah yang kami nikmati di sana saat itu. Kemarin, saat memandang cangkir es krim di layar, rasanya jadi ingin ke sana lagi. Khususnya mencicipi es krim andalannya yaitu rasa nougat. Hmm, menerima pesan antar tidak, ya, Baltic ini?

Sebelum acara usai, tentunya foto bersama dulu, dong, ya. Senang sekali pada saat harus di rumah saja begini saya bisa bergabung napak tilas perjuangan kemerdekaan meski hanya lewat layar gawai.

Oh ya, Wisata Kreatif Jakarta masih punya sederetan kegiatan menarik, lho. Kunjungi Instagram mereka @wisatakreatifjakarta untuk informasi lebih lanjut.

Semoga kali lain bisa ikut kegiatan beriktutnya dari Wisata Kreatif Jakarta lagi, ya.

29 thoughts on “Napak Tilas Virtual Sejarah Perjuangan Bangsa

  1. Senang pastinya ya bisa jalan jalan walau secara virtual. Senang juga saya bisa baca reportasenya. Secara saya ga bisa ikut acara ini. Semoga lain kali saya bisa ikutan ah

  2. MashaAllah mbak, baca tulisan ini seakan ikutan langsung virtual tournya lho.. aku sebelumnya belum tahu banget lho soal sejarah ini.. tapi melalui tulisan ini aku jadi semakin paham dan mengerti

  3. Dikala pandemi gini jalan-jalan pasti jadi obat suntuk dirumah ya kak, walaupun hanya lewat layar kaca tapi tetap saja menghibur. Ditambah lagi jalan², penuh ilmu sejarah kaya gini.
    Kereen

  4. Pingback: 9 Pilihan Lomba Daring HUT RI, Tetap Seru, Kok! | Cerita-Cerita Leila

  5. Waaah teh kita satu room ya saat jalan-jalan virtual kemerdekaan ini sama ISB dan wisata kreatif Jakarta. Seru banget ya ampun, bisa nyantol banget materinya mba Ira buat aku review di blog plus ga kerasa boring sama sekali, Recomended lah ya!

  6. seru yaa mba, aku akhirnya terbayar sudah loh rasa penasaran kaya apa sih tur virtual ini, seru juga ya ternyata plus jadi tau banyak cerita dari guidenya

  7. Sering lewat tapi belum pernah ke Gedung Joang ’45 padahal Agustus gini momen yang tepat ya ngajak anak-anak tur ke museum di Jakarta.
    Virtual tur seperti ini cocok buat teaser sebelum beneran main ke sana. Seru!

  8. Daku pernah wisata sejarah langsung ke Gedung Joeang 45 sewaktu sekolah. Hanya saja karena baru sekali belum begitu hapal jadinya. Dengan wisata virtual ini, bisa menjadi langkah saat nanti pandemi berakhir sudah paham ketika wisata sejarah langsung ke TKP nya.

  9. Keren banget bisa tur virtual gini. Inget jaman sekolah jalan dari satu museum ke museum satunya. Seru banget! semoga selesai pandemik bisa begitu lagi..

  10. Seru banget bisa tur virtual gini ya mbak.. jadi inget jaman sekolah tur antar museum jalan kaki. Semoga selesai pandemik bisa begitu lagi..

  11. Saat nggak bisa jalan-jalan karena pandemic ini aku baru tahu ada touring online seperti ini, pingin ikutan juga deh jadinya

  12. seru banget kalo udah bahas sejarah gini tuh. sering banget ngayal kalo aja ada mesin waktu, penasaran sama kisah yang sering diceritain sama nenek kakek dulu karena menarik meskipun tentu saja ada sisi yang menguji emosionalnya.

  13. seru banget kalo udah bahas sejarah gini tuh, apalagi kalo diceritain kakek nenek dulu menarik sama kisah-kisah jaman dulu. meskipun dibalik itu ada juga sisi kisah Indonesia yg menguji emosional

  14. Aku juga suka tour de museum.. jadi pengen ikutan virtual tour begini pasti seru.. kangen bgt pengen jelajah museum di jkt lagi hehe.. thanks for sharing mba leila

  15. Aku juga suka tour de museum.. jadi pengen ikutan virtual tour begini pasti seru.. kangen bgt pengen jelajah museum di jkt lagi hehe.. makasi utk ceritanya mba leila

  16. Seru eui wisata virttual gini apalagi live yaaa. Saya pernah tapi yang gak live jd cuma liat di web aja.
    Kmrnm gak ikutan krn waktunya gak pas.
    Semoga corona lekas pergi jd kita bisa jelajah beneran, nyata, ke tempat2 itu kyk dulu lagiya mbak aamiin

  17. Waah.. kerennya, jalan-jalan sekaligus belajar sejarah Indonesia ya mbak. Cus, main ke IGnya ah 😀

  18. Saat sekarang ini tetap bisa napak tilas walau virtual ya kak, sayang banget nih aku gak ikutan padahal waktu itu udah pengen banget tapi lupa malah gak daftar.

  19. karena pandemi jadi belum bisa ke museum ya. di Bandung ada Gedung Indonesia Menggugat. napak tilas Soekarno menggungat peradilan belanja kala itu. gedung itu sekarang sering digunakan sebagai tempat acara seminar, workshop, festival dan pameran. karena letaknya di tengak kota, jadi mudah dijangkau.

    sekarang belum bisa kesana lagi. atau ke museum manapun termasuk geologi. hiks. padahal anak-anak suka liat dinosaurus disana.

    beruntung kakak bisa ikutan napak tilas virtual. setidaknya bisa mengobati rasa rindu berpetualang ke museum.

Leave a reply to Grandys Mawarni Cancel reply