Bioskop TIM dalam Kenangan

Sehari setelah peringatan hari kemerdekaan, sebuah foto masuk ke grup WhatsApp Mata Sinema Indonesia (MSI) yang saya ikuti. Pak Yan Widjaya rupanya mengirimkan pengumuman akan ditutupnya bioskop TIM XXI mulai tanggal 19 Agustus 2019 dan seterusnya. Saya terkejut membacanya. Wah, padahal TIM XXI yang sesuai namanya berada di dalam kompleks Taman Ismail Marzuki Cikini, Jakarta Pusat ini adalah salah satu bioskop favorit saya karena letaknya yang masih berada di dalam (salah satu alternatif) jalur pulang kantor. Jadi, jika mau nonton tayangan setelah maghrib biasanya masih terkejar setelah jam kerja usai.

Keunggulan lain TIM XXI di mata saya yaitu film-film yang di bioskop lain sudah turun layar seringkali masih ada di situ. Yang paling saya ingat adalah Sultan Agung yang akhirnya berhasil saya dan suami tonton sebelum benar-benar silam dari jadwal reguler Jakarta. Saya juga bersyukur pernah menikmati film Night Bus yang diputar ulang hanya di bioskop tertentu termasuk TIM XXI ini setelah berhasil meraih Piala Citra tahun 2017 untuk kategori Film Terbaik dan lima kategori lainnya. Saya sempat menebak, barangkali lokasi TIM XXI yang satu kompleks dengan Institut Kesenian Jakarta (IKJ)-lah yang menjadi pertimbangan untuk penayangan film-film ‘langka’ tersebut. Siapa tahu ada hubungannya dengan budaya nonton untuk kemudian didiskusikan di kalangan akademisi. Akan tetapi, saya belum menemukan informasi yang mengonfirmasi dugaan saya tadi.

Dalam pesan yang dikirimkan ke grup MSI, pak Yan juga menambahkan bahwa kini tinggal lima bioskop di Jakarta yang tidak berada dalam mall, yaitu Djakarta Theatre, Epicentrum, Planet Hollywood, Metropole, dan Setiabudi. Sebagian di antaranya menurut saya masih merupakan bagian dari kompleks perbelanjaan, walaupun memang tidak perlu masuk ke mall-nya terlebih dahulu untuk bisa menonton. Bagi saya yang aslinya tidak begitu menyukai keramaian, keberadaan bioskop di luar mall ini termasuk bonus yang menyenangkan, meski saya jarang benar-benar mengejar nilai plus ini karena untuk cari waktu menonton saja sudah cukup tricky (alias, bioskop mana saja yang masih menayangkan dan tidak sampai satu jam perjalanan dari lokasi saya, itulah yang menjadi pilihan saya kendati adanya di dalam mall).

Sayang sekali saya justru tidak punya foto kenangan di TIM XXI. Dulu pernah ada dokumentasi selepas nonton Negeri Lima Menara bersama teman-teman kantor yang lama, sekaligus menandai perkenalan pertama saya dengan bioskop ini, tetapi sepertinya hilang seiring dengan pergantian gawai saya. Ada foto jepretan suami yang berniat mengabadikan diskusi para tokoh budaya di lobi bioskop, tapi blur.

Yah, alhamdulillah tidak jauh dari TIM masih ada Metropole XII (dikenal juga dengan nama Megaria) yang juga sering menjadi tempat ditayangkannya film nonreguler, seperti My Neighbor Totoro sebagai bagian dari The World of Ghibli yang sempat saya tonton. Namun, dari segi kenyamanan tempat shalat sebetulnya TIM masih lebih unggul. Setidaknya tempat wudhu wanita di Masjid Amir Hamzah masih lebih tertutup, meskipun di dalam masjidnya sedikit lebih gerah daripada mushalla di kompleks Metropole. Alhamdulillah Masjid Amir Hamzah ini telah usai dibangun kembali tahun lalu di bagian depan kompleks TIM, setelah proses panjang empat tahun yang sempat mengundang kontroversi. Dalam masa itu, jika hendak shalat saat berkegiatan di kompleks TIM (termasuk ketika mengunjungi Planetarium atau Perpustakaan Daerah), kami memanfaatkan mushalla di Planetarium. Sewaktu saya mengikuti kegiatan Jumpa Penulis di Teater Kecil TIM, ada pengumuman bahwa tersedia juga tempat shalat di basement parkiran, tapi saya belum pernah ke sana.

Baca juga: Jumpa Penulis, Belajar dari Para Master

Film terakhir yang saya tonton di TIM XII, berdua suami tentunya, adalah Spider-Man: Far From Home. Saat itu saya sempat bercerita ke suami bahwa harga tiket nonton di TIM adalah salah satu yang termurah di Jakarta. Tanggapan suami, sebetulnya tak apa jika dinaikkan sedikit, toh untuk pemasukan pemerintah daerah juga sehingga pelayanan juga bisa semakin ditingkatkan. Tak disangka, bioskop ini malah ditutup sekalian.

Sesungguhnya saya berharap TIM XXI akan dibuka lagi. Toh, katanya tujuan dibongkarnya TIM XXI ini adalah untuk revitalisasi sehingga dapat dibangun pusat budaya. Bioskop bisa dibilang bagian dari sarana penayangan hasil kebudayaan, bukan? Namun, kalimat “dan seterusnya” pada pengumuman ditutupnya bioskop cukup menciutkan harapan. Berita-berita yang mengangkat peristiwa penutupan ini saya lihat juga jarang menyebutkan kemungkinan hadirnya kembali TIM XXI. Baru belakangan ini saya menemukan satu berita dari Republika yang membesarkan hati.

“Memang kontraknya sudah selesai per tanggal 19 Agustus besok. Bangunannya juga akan direvitalisasi,” ujar Kepala Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta (UP PKJ) TIM Imam Hadi Purnomo saat dihubungi CNNIndonesia.com, Minggu (18/8).  Imam mengatakan, bekas bangunan bioskop XXI nantinya akan dibongkar menjadi gedung perpustakaan baru yang memanjang dari sisi depan hingga belakang TIM. Sebagian bekas bangunan juga akan dibongkar untuk perluasan gedung pertunjukan Graha Bhakti Budaya.

“Di samping bioskop XXI, kan, ada Graha Bhakti Budaya. Rencananya itu akan diperbesar kapasitasnya, sekarang 800 tempat duduk menjadi 2ribu tempat duduk,” kata Imam. Kendati demikian, lokasi bioskop di TIM tak lantas hilang akibat proses revitalisasi tersebut. Imam mengatakan, nantinya lokasi bioskop akan dibangun di sisi depan TIM.

“Kita siapkan nanti XXI ada di sisi depan yang sekarang bangunan perpustakaan. Mungkin 2021 nanti bisa dibuka lagi di sana, karena, kan, revitalisasi selesai total pada 2021,” tuturnya.

https://www.cnnindonesia.com/nasional/20190818111019-20-422384/proyek-revitalisasi-bioskop-xxi-di-tim-berhenti-beroperasi

Wah, semoga tahun 2021 TIM XXI betulan dibuka kembali, ya.

20 thoughts on “Bioskop TIM dalam Kenangan

  1. Sayang banget mbak, padahal banyak juga ya mbak kenangan di bioskop itu. Semoga aja dibuka lagi ya mbak bioskopnya. Aku baru tau nih mbak ada film yg di putar ulang di bioskop, aku jadi pengen nonton film2 yg belum aku tonton

  2. Aduuuh aku kok sedih ya.. bioskop bersejarah dalam hidupku hiks.. Aku baru tau XXI TIM ditutup karena baca blog ini.. Makasi ya mbak infonya..

  3. Wah aku pernah nonton di TIM itu filmnya Nirina apa yah lupa yang barengan sama Ringgo gitu, sedih yah harus ditutup..untuk kakakku sih tempat bersejarah banget ni karena tempat nongkrong sama kakak ipar semasa muda dulu hahaha

  4. Saya belum pernah nonton di TIM. Tapi menurut saya ide revitalisasi untuk menambah kapasitas gedung pertunjukkan sudah bagus, apalagi kan nanti bioskop bisa dibangun lagi dan tentunya dengan bangunan dan fasilitas yang lebih baik dari sebelumnya

  5. Mba.. ini bioskop kesayangan aku banget! Sering banget pulang kantor cabut ke sini buat nonton sama teman-teman. Yang aku suka, deket sama pujasera tempat makanan. Terus lokasinya juga deket banget dari mana-mana. Hikss so long bioskop TIM 😦

  6. Dengan adanya perbaikan ini, kualitas dan manfaat semua fasilitas di TMII semoga lebih maksimal ya…
    Terimakasih infonya Mbak. Saya gak tahu nih kalau gak baca artikel ini. Terakhir ke TMII akhir Agustus kemarin
    Salam
    Okti

  7. Semoga ya mbak. Aku juga kurang suka nonton bioskop ke dalam mall. Rasanya kok jauh banget gitu mau nonton aja musti berjalan-jalan dulu.

  8. Sayang sekali mba harus ditutup yah. Aku kira selain masa kontraknya udah habis emang banyak bioskop juga yah mbak. Udah kayak di kota aku aja, baik di dalam mall atau di luar. tapi bioskop pertama yg aku kunnjungi dan yg tertua skrg udah nggak terlalu laku daripada yg baru di dalam mall hheee. TFS yahh mbak

  9. Aku baru tau kalau ada bioskop yang suka suka re-run film lama. Rasanya aku belum pernah denger ada bioskop kaya TIM XXI di Bandung. Ga tau akunya yang kurang update Kali ya. Hehehe

  10. Kalau bioskop kesayangan berhenti beroperasi itu sedih ya. Apalagi sejalan dengan arah pulang kantor, jadi, kalau mau nonton bisa sekalian jalan gitu.

  11. Ikut mendoakan juga Mbak, moga TIM XXI nya beneran dibuka lagi di 2021 yah. Kan itu dekat dari IKJ, berarti mahasiswa juga banyak yg nonton disitu doong dan bisa jadi bahan diskusi sastra.

  12. Saya belum pernah nonton di TIM, tepatnya saya belum pernah nonton film di Jakarta ding. Hehehe…
    Tapi melihat alasan penutupannya dalam rangka pengembangan Graha Bhakti Budaya, semoga menjadikan pusat budaya yg lebih baik. Kalau nanti dibuka lagi, mgk fungsi bioskop TIM nanti akan digunakan utk menayangkan juga film2 dokumenter, selaras dengan gedung Graha Bhakti Budaya.

  13. Iya bioskop TIM ini salah satu bioskop yang masih suka memutar film-film yang umumnya sudah turun duluan di bioskop lain. Sedih banget sih, tapi semoga perpus yang akan dibangun di bekas lahannya memiliki manfaat besar untuk pengunjung…

  14. Aku pernah denger berita ini dari sosmed mbak. Kalau gak salah ada temen-temen blogger yang unggah. Sayang banget ya, tapi mau gimana lagi. Persaingan emang gitu kan? Ada menang dan kalah 🙄

  15. Semoga tahun 2021 benar-benar dibuka lagi ya TIM XXI. Saya sendiri juga lebih suka nonton bioskop di luar mall. Lebih nyaman aja gitu. Datang, beli tiket, beli camilan lalu nonton dan pulang tanpa terdistraksi yang lain.

  16. Aku malah baru tau nih ada bioskop TIM hehe. Masih banyak tempat di Jakarta yang belum kujelajahi deh. Bioskop kalo bukan di dalam mall memang sulit bertahan ya.

  17. Oh bioskopnya nanti cuma mau dipindahin posisinya ya Mbak? Saya juga inget banget salah satu bioskop di Ambon yang justru menayangkan film-film lama 😅 tapi emang masih tertinggal karena dari tiket saja masih manual seperti tiket parkir gitu

  18. Wah.. inget banget aku waktu kecil ke TMI dan ini bioskop hitz pada saat itu.. ya mungkin mau diganti dengan yang lain yang lebih menarik kali ya.. kita tunggu saja informasi selanjutnya.. siapa tau nanti yang baru bisa lebih mendatangkan pengunjung

Leave a reply to dbyustisia Cancel reply