Setelah sempat menonton film pertamanya dan saat itu gagal mengajak anak-anak nonton bareng, saya berniat untuk mengajak anak-anak nonton sekuelnya. Alhamdulillah malah bukan cuma dengan anak-anak, kami nonton bareng bersama guru-guru TK Fathia dulu, yang saat itu sebentar lagi juga akan menjadi guru TK Fahira, plus beberapa keluarga siswa lain.
Iqro My Universe sebagaimana pendahulunya merupakan film keluarga yang manis dan aman ditonton bersama. Adegan-adegannya meluncur mulus dengan akting para pemerannya yang enak dilihat. Memang ada beberapa pertanyaan yang muncul, semacam plot hole, kenapa ceritanya jadi begini dan bukan begitu, kok si ini tidak dijelaskan lebih lanjut tentang motifnya, dll. Namun, untuk sebuah hiburan keluarga yang sekaligus mengandung nilai-nilai kebaikan, Iqro 2 ini sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Visual film ini juga menarik.
Berhubung saya juga punya dua anak perempuan sebagaimana keluarga yang menjadi sentral cerita, jadinya saya menanti penceritaan relasi antara kedua anak tersebut. Tidak terlalu banyak, ternyata. Mungkin karena Aqila diceritakan sudah beranjak remaja, jadi jarak usia dengan adiknya terasa makin jauh mengingat aktivitas masing-masing yang berbeda.
Satu hal yang saya ingat betul dari film Iqro My Universe, memang perbedaan usia ini bisa bikin lupa. Lupa berjaga-jaga, lupa mempertimbangkan kemungkinan yang ada. Alhasil, salah satu klimaks cerita dipicu kondisi ketika Aqila lupa menutup pintu kamarnya, yang membuat adiknya yang di situ diceritakan masih balita bisa masuk. Alhamdulillah, Aqila tidak lupa untuk memaklumi perbuatan adiknya, menyadari bahwa dirinya sendirilah yang sudah kurang berhati-hati.
Writober Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional Jakarta hari kesembilan, tema “Lupa”.
#Writober #RBMIPJakarta #IbuProfesionalJakarta
Pingback: Rekap Writober | Leila's Blog