Category Archives: anak
Dorong Anak Tetap Aktif untuk Kesehatannya, Lengkapi Nutrisinya dengan Indomilk
Salah satu kekhawatiran tentang anak yang sering saya baca di media sosial adalah ‘kecanduan’ gawai. Gawai atau gadget memang menyediakan sarana hiburan yang mudah dinikmati oleh segala usia. Ada yang berusaha menenangkan diri, bahwa toh yang ditonton adalah konten yang sudah dipilihkan juga. Gawai dianggap juga bisa memberikan pengetahuan baru kepada anak-anak. Beberapa kawan mengakui, anak-anak mereka bisa lancar berbahasa asing atau berhitung lewat perantara gawai ini. Namun, kekhawatiran lain yang kemudian menghinggapi adalah, sehatkah duduk berjam-jam di depan gadget?
Tantangan Pengasuhan Zaman Now
Terlalu banyak berdiam diri, dalam arti gerakan tubuh minimal, tentu kurang baik juga bagi kesehatan. #AktifItuSehat, kan. Tubuh kita perlu dilatih agar tetap bugar. Anak yang terbiasa aktif sejak kecil umumnya akan membawa juga kebiasaan baik itu hingga dewasa, dan ini akan mengurangi risiko terkena penyakit tidak menular seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, hingga osteoporosis.
Selain itu, bergerak dengan aktif juga memiliki sederet keuntungan, misalnya seperti saya kutip dari Todaysparent dan Kidshealth sebagai berikut:
- Menjaga kesehatan tubuh
Aktivitas yang mengharuskan pergerakan bisa meningkatkan kerja jantung, dan dengan kadar yang tepat akan melatih kekuatan jantung sehingga tidak mudah terserang penyakit. Dengan kerja jantung yang baik, tubuh juga lebih bugar karena distribusi oksigen ke seluruh badan juga berjalan optimal. Bukan hanya jantung, otot lain pun ikut terlatih dan menjadi kuat dan lebih lentur.
Playdate Aksi Selamatkan Bumi dari Sampah, Ajak Keluarga Beraksi Peduli Tangani Masalah Sampah Sejak Dini
Sampah adalah bagian yang sulit terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari. Apa pun aktivitas kita, kemungkinan besar akan ada sampah yang dihasilkan. Lalu, ke mana sampah-sampah itu pergi?
Ketika membaca atau menonton berita bahwa di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, ditemukan seekor paus mati dengan 5,9 kilogram sampah plastik di dalam perutnya, kesadaran kita seperti dientakkan. Sudah cukupkah slogan “buanglah sampah pada tempatnya”? Setelah dibuang, ke mana sampah-sampah itu pergi?
Melalui kegiatan playdate Aksi Selamatkan Bumi dari Sampah di Auditorium lantai 1 Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta, Taman Ismail Marzuki, Cikini, Sabtu (02/03), Ibu Profesional Jakarta mengajak untuk meningkatkan kepedulian pada masalah sampah. Kegiatan playdate ini sekaligus menandai peluncuran resmi buku bergambar untuk anak yang berjudul Aksi Lima Sahabat Selamatkan Bumi dari Sampah hasil karya Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional Jakarta.
Alhamdulillah, saya senang mendapat kesempatan menjadi salah satu dari sebelas penulis dalam buku ini. Tanggal di awal bulan Maret sengaja diambil karena dekat dengan momen peringatan Hari Peduli Sampah Nasional yang jatuh pada tanggal 21 Februari. Ketika suami dan anak-anak plus pengasuhnya tiba di lokasi, saya yang berangkat duluan untuk bantu beres-beres turun sebentar ke lantai dasar menyambut mereka, lalu foto-foto dulu di photo booth yang tersedia. Nah, latar belakang oranye beserta perlengkapannya ini sebenarnya bukanlah photo booth baru, melainkan sudah pernah dipakai untuk Workshop Pandu 45. Tapi saat itu saya dan suami tidak sempat foto-foto di sana. Alhamdulillah, konsep reuse yang dijalankan untuk acara ini bikin keinginan saya foto-foto di depan tenda mungil nan lucu itu (meski sayangnya terpotong) kesampaian.
Kegiatan playdate diramaikan oleh sekitar 200 peserta yang terdiri atas anak-anak dan orang tua mereka. Ibu Profesional DKI Jakarta juga mengundang perwakilan dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, komunitas Ibu Profesional daerah tetangga seperti Ibu Profesional Tangerang, Ibu Profesional Tangerang Selatan, Ibu Profesional Bogor, dan Ibu Profesional Bekasi, serta komunitas-komunitas yang memiliki visi dan misi serupa terkait pengelolaan sampah seperti Jirowes dan Klub Oase. Harapannya, kerja sama dengan pemerintah maupun komunitas lain dapat menggerakkan aksi peduli sampah agar semakin optimal.
Sebagaimana disampaikan oleh penanggung jawab kegiatan, Kak Laksemi ‘Ami’ Bania Siregar, dalam laporannya, “Tema Ibu Profesional pada 2019 adalah sinergi kebermaanfaatan, maka kami menggandeng pemerintahan, menggandeng komunitas-komunitas untuk bersinergi membuat Indonesia yang lebih baik. Karena zero waste itu tidak mudah, maka mari kita lakukan bersama-sama.”
Yuk, Ikutan Selamatkan Bumi dari Sampah!
Setelah proyek buku Ramadhan Seru bersama Hamzah dan Syifa, Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional Jakarta kembali menelurkan karya baru untuk anak-anak. Kali ini, tema yang diangkat adalah ajakan untuk menjaga lingkungan, atau lebih spesifik lagi menyelamatkan bumi dari sampah.
Sejak tahun lalu, IP Jakarta memang memiliki Program Hijrah Nol Sampah. Persoalan sampah yang kian menumpuk dan mencemari bumi membangkitkan keprihatinan dan membuahkan gerakan. Manusia kan seharusnya menjadi khalifah di bumi, ya, dan memiliki tanggung jawab menjaga planet yang telah diamanahkan ini. Namun, yang kini terjadi adalah sampah yang dihasilkan oleh manusia justru semakin memenuhi bumi, mengancam kelangsungan hidup makhluk lain dan pada akhirnya akan merugikan manusia juga.
Program Hijrah Nol Sampah diwujudkan dalam bentuk grup khusus untuk memperoleh materi dari pakarnya atau mereka yang sudah lebih dulu menjalani hidup minim sampah. Dalam grup tersebut, anggotanya juga bisa berbagi mengenai tips dan trik mengaplikasikan pengelolaan sampah sehari-hari. Pada waktu-waktu tertentu diadakan tantangan untuk semakin menyemangati para anggota grup maupun member IP lain secara keseluruhan.
Berangkat dari situ, IP Jakarta atau tepatnya mbak Annisa Miranti Gumay selaku leader-nya pun memiliki ide untuk menyusun buku. Ada buku untuk orang tua yang masih berproses, ada juga buku untuk anak yang selesai lebih dulu.
Buku untuk anak ini berjudul Aksi Lima Sahabat Selamatkan Bumi dari Sampah. Yang disebut dengan lima sahabat di sini adalah Andra, Bimo, Caca, Dilan, dan Emma, yang merupakan teman sepermainan dan tinggal berdekatan. Jadi, nanti pembaca akan mengikuti cerita-cerita mereka yang ada hubungannya dengan pengelolaan sampah.
Ingin Family Movie Time Tambah Asyik? Perhatikan Ini, Yuk…
Momen pergantian tahun identik dengan dirilisnya sejumlah film keluarga. Mengingat anak-anak juga sedang libur semester, pergi ke bioskop bisa menjadi salah satu pilihan mengisi waktu mereka. Namun sebelum mengajak anak-anak nonton film, yuk selalu cermati dos & don’ts-nya. Jangan sampai kegiatan nonton bareng sekeluarga justru berujung ketidaknyamanan baik di sisi kita maupun penonton lain.
Beberapa bulan yang lalu saya mengikuti sesi #TUMLuncheon “Family Movie Time” yang diadakan oleh The Urban Mama di Kopi Kotaku, Jakarta Selatan. Di sini, teh Ninit Yunita, founder TUM yang memiliki dua anak lelaki dan sering mengajak mereka menonton, berbagi sejumlah hal yang perlu diperhatikan.
Pertama, cek durasi film, kalau terlalu panjang berpotensi anak bosan. Persiapan lewat sounding ke anak sebelum menonton menjadi penting, karena jika belum pernah, anak mungkin akan kaget dengan lampu yang digelapkan dan audio yang keras.
Orang tua juga bisa mencari tahu dulu sinopsis dan rating film yang hendak ditonton. Sempatkan untuk nonton trailer filmnya terlebih dahulu agar ada gambaran, pertama sendirian, berikutnya bersama anak jika sudah dirasa cocok. Jelaskan juga bahwa apa pun yang terjadi di layar adalah akting, dibumbui efek dari make-up maupun visual effects, alias tidak real.
Bebaskan Nafas si Kecil, Kembalikan Cerianya
Sejak anak-anak masih bayi sampai sekarang, kami tidak pernah meminumkan obat saat mereka batuk pilek. Kecuali madu ya, setelah mereka berusia lebih dari satu tahun. Bukan karena kami takut minum obat, antiobat kimia atau sejenisnya, melainkan karena batuk pilek biasa pada anak kan penyebabnya adalah virus. Ini juga didukung oleh dokter keluarga kami yang rajin ajakin baca-baca referensi tepercaya tentang penyakit-penyakit anak. Jadi in sya Allah kalau cuma batuk pilek aja, sih, akan sembuh dengan meningkatnya daya tahan tubuh.
Karena pada dasarnya akan ‘sembuh sendiri’, obat batuk pilek yang beredar di pasaran fungsinya adalah mengurangi gejala yang timbul. Iya, hidung meler, tersumbat, batuk, itu kan reaksi atas virus yang masuk, yang maksudnya justru mau membuang virus itu keluar.
Namun tidak memberikan obat bukan berarti lalu dibiarkan saja, ya… Ini pandangan yang salah kaprah juga. Tentunya kami melakukan hal-hal yang diperlukan seperti menjaga asupan cairan, mengingatkan untuk istirahat, mengajak anak-anak rajin cuci tangan, mengajari cara bersin dan batuk yang benar, memakai masker khususnya bagi orang dewasa yang batuk pilek di rumah agar kumannya tidak menyebar, juga memantau tanda kegawatdaruratan yang mungkin muncul. Untuk menyamankan anak, kadang kami gunakan balsem yang bisa membantu melegakan pernapasan. Pastinya pilih produk yang aman, dong.
Karena Ketidaksempurnaan adalah Keniscayaan
Konon katanya, menjadi ibu di zaman sekarang tantangannya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan zaman dahulu. Padahal teknologi yang kian maju sesungguhnya menghadirkan berjuta kemudahan. Mau beli makan, mau pergi, mau belanja, mau pakai jasa bersih-bersih, mau bayar tagihan, semuanya seolah ada di ujung jari kita. Waktu (seharusnya) bisa dihemat, dan dipakai untuk hal-hal yang lebih bermanfaat. Untuk (that-so-called) quality time bersama anak, misalnya. Atau sekadar me time meski singkat.
Namun, teknologi juga punya sisi lain. Ada gempuran informasi dari sana-sini yang berpotensi bikin bingung, mana sih ya yang benar? Mana yang layak menjadi acuan bagi kita untuk menjalankan peran sebagai orangtua dalam mengasuh, merawat, dan mendidik anak-anak kita, juga merawat hubungan dengan pasangan? Kulwap di grup whatsapp sayang kalau dilewatkan, webinar bersama pakarnya diikuti, website diselancari, buku-buku dilahap. Tokoh parenting A bilang begini, psikolog B menyatakan begitu, dokter pernyataannya beda lagi, aaah, pusing, kan?
Belajar tentang Pelaksanaan Haji dan Kurban Melalui Buku
Dekat-dekat hari raya Idul Adha begini, rasanya tepat jika kita mengajak anak-anak untuk belajar lebih jauh mengenai pelaksanaan ibadah haji dan kurban. Kedua ibadah ini pelaksanaannya memang terikat oleh waktu, dan puncaknya adalah hari raya Idul Adha yang tahun ini ditetapkan oleh pemerintah RI jatuh pada tanggal 22 Agustus 2018.
Salah satu media yang biasa kami pakai untuk mendampingi anak-anak belajar adalah buku. Tentunya lebih enak kalau menggunakan buku yang memang ditujukan untuk anak-anak, ya, karena materi dan penyampaiannya sudah disesuaikan dengan usia mereka.
Asyik Bermain dan Belajar dengan Kodomo Challenge
Berhubung Fathia sudah bisa membaca, jadinya dia bisa membimbing adiknya bermain juga. Misalnya dengan membacakan petunjuk permainan.
Di Balik Layar Buku Ramadhan Seru
Ternyata, begini ya rasanya coret-coretan kita yang berantakan diwujudkan dalam bentuk gambar nan imut oleh ilustrator profesional :D.
Dalam penyusunan buku Ramadhan Seru bersama Hamzah dan Syifa, kami tim penulis yang terdiri atas para anggota grup Rumah Belajar Menulis Ibu Profesional Jakarta (RBM IP Jakarta) memang diminta untuk menyumbang kreasi berupa cerita mini dengan tokoh yang sudah ditentukan, ide aktivitas (termasuk resep dan pembuatan craft sederhana), maupun tulisan fakta menarik terkait Islam ataupun Ramadhan. Tulisan maupun ide yang sudah disusun kemudian akan diteruskan ke editor tim untuk review dari segi konten maupun ejaan dan ke penanggung jawab visual untuk diputuskan ilustrasi seperti apa yang akan dipakai.